Islam Sunni dari berbagai negara dibagian Timur Tengah yakni Suriah, Bahrain, Yaman, bahkan di Pakistan dan Afghanistan serta beberapa negara Asia Tengah sangat khawatir dengan kebiadaban Syiah di Suriah, Irak dan Yaman.
Sejatinya jumlah pengikut Syiah di Indonesia hanya beberapa ‘gelintir’ saja. Jika ditelisik dengan seksama sebagian besar sejatinya hanyalah simpatisan yang bermula ikut bersimpati pada sukses Revolusi Iran yang dibawa Khomeini pada 1979.
Tak kurang Dr. M. Amien Rais, MA pada 1980-an sepulang dari studi di Chicago University, AS,ia acapkali berceramah di kampus-kampus ikut mendukung Revolusi Iran. Amien Rais bahkan memberikan kata pengantar buku Ali Syariati berjudul "Tugas Cendekiawan Islam" yang ‘meledak’ di Indonesia sampai dicetak berulang kali.
Kala itujuga adalah Nasir Tamara—pemuda Indonesia yang tinggal di Paris Prancis, belakangan menjadi wartawan Republika—ikut naik pesawat revolusi yang dinaiki Khomeini dari Paris ke Teheran, dan menjadikan Nasir Tamara seorang ‘ahli’ Revolusi Iran dan berceramah ke seantero kampus di Indonesia.
Demam revolusi Iran pun makin merebak di negeri Sunni, Indonesia. Apakah ‘demam’ revolusi Iran itu masih bersisa setelah 35 tahun hari ini? Rasanya tidak. Karena kita semua sudah tau kedok sejatinya Syiah yang mengkafirkan para sahabat dan istri Rasul. Hal ini untuk menjauhkan umat dari ajarah Nabi Muhammad SAW itu sendiri.
Seperti diketahui selama ini, Iran tidak pernah membantu umat Islam di Palestina melawan Israel. Justru Yahudi Isfahan selama ini berkembang biak di Iran sebagai umat terbesar kedua setelah Zionis Syiah. Bagi Syiah, darah Islam Sunni halal dan wajib dibunuh. Musuh dalam selimut (berbagai sumber)
Posting Komentar